BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lebih dua dasa warsa terakhir ini , dunia pendidikan
mendapat sumbangan pemikiran dari teori kontruktivisme sehingga banyak negara
mengadakan perubahan secara mendasar terhadap sistem dan praktik pendidikan
mereka bahkan kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pun tak luput dari pengaruh
teori ini. Paul Suparno dalam “Filsafat Konstuktivitas dalam pendidikan” mencoba
mengurai implikasi filsafat konstruktivisme dalam pendidikan.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri
(Von Glaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran
dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep,
dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Jean Piaget
adalah Psikolog pertama yang menggunkan filsafat konstruktivisme, sedangkan
teori pengetahuanya dikenal dengan teori adaptasi kognitif, sama halnya dengan
setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan dengan lingkungan untuk
dapat bertahan hidup , demikian juga struktur pemikiran manusia, manusia
bertentangan dengan tantangan , pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang
harus ditanggapinya secara kognitif (mental). untuk itu manusia harus
mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan
menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut.dengan cara
itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang
Dalam
rangka mendidik, hal ini berarti membangun sikap jiwa dan raga seseorang dalam
menjalani hidup, menghadapi berbagai macam persoalan, dan memecahkan
permasalahan. Oleh karena itu diperlukan dasar yang kuat yang mampu menjadi
pedoman bagi seseorang untuk dapat menentukan langkah yang akan ditempuhnya.
Dasar
atau pondasi yang terbina dalam diri seseorang berasal dari agama, keluarga,
dan guru yang merupakan sumber yang dipercaya mampu mengarahkan pada suatu
kebaikan sebagai bekal untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan
hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mendidik seseorang,
mempersiapkannya dalam hidup, dibutuhkan focus terhadap pribadi yang sedang
dididik, oleh karena itu makalah yang saya sajikan mengangkat bahasan analisa
mengenai aliran pendidikan Konstruktivisme.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1.
Apa yang dimaksud
dengan aliran pendidikan aliran Konstruktivisme?
2.
Apakah kelebihan dari
Aliran Konstruktivisme?
3.
Apakah kelemahan dari
Aliran Konstruktivisme?
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui
pengertian dari pendidikan aliran Konstruktivisme.
2. Mengetahui
kelebihan dari pendidikan aliran Konstruktivisme.
3. Mengetahui
kelemahan dari pendidikan aliran Konstruktivisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aliran Pendidikan Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan
(konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan
bukan tiruan dari realitas, bukan
juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan
skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Jean Piaget adalah
Psikolog pertama yang menggunkan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori
pengetahuanya dikenal dengan teori adaptasi kognitif, sama halnya dengan
setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan dengan lingkungan untuk dapat
bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia bertentangan dengan
tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya
secara kognitif (mental). untuk itu manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih
umum atau rinci, atau perlu perubahan menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman
tersebut. dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu
berkembang. Proses tersebut meliputi :
1.
Skema adalah struktur
kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan
mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
2.
Asimilasi adalah
proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya
menambah atau merinsi.
3.
Akomodasi adalah
proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
4.
Equilibrasi adalah
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemanya).
Giambatista
Vico mengatakan bahwa
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Paul
Suparno, 1997: 24). Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui.
Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karenadia pencipta segala
sesuatu itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikanTuhan.
Driver dan
Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengemukakan
karakteristik sebagai berikut:
1.
Siswa tidak
dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
2.
Belajar mempertimbangkan
seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
3.
Pengetahuan bukan
sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal,
4.
Pembelajaran bukanlah
transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas,
5.
Kurikulum bukanlah
sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah
proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan.
Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas
dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam
treori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui
kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia
seringkali diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan
learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori
pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu.
Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses
terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan
terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam
perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi
terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis
yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar
merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan.
Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
1. Belajar berarti
membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah
ia punyai.
2. Konstruksi makna
merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup.
3. Belajar bukan
kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan
berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu
perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4. Proses belajar
yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi
yang baik untuk belajar
5. Hasil belajar
dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa.
6. Hasil belajar
siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses
organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan
fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui
refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap
pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah
inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses
mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil
interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun
realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi
maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor
seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat
berpengaruh dalam proses konstruksi makna.Argumentasi para konstruktivis
memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah banyak
mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran
ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun
harus diakui bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa
konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan
internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan
yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang
dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks
demikian, konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu
sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak
pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi
realitasnya sendiri.
2.2 Kelebihan Dari
Pendidikan Aliran Konstruktivisme
1.
Berfikir, dalam
proses membentuk pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mengeluarkan ide dan membuat keputusan.
2.
Mengerti, oleh
kerana murid terlibat secara langsung dalam membentuk pengetahuan baru, mereka
akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3.
Ingat, oleh kerana
murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
4.
Kemahiran sosial, Kemahiran
sosial diperolehi ketika berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina
pengetahuan baru.
5.
Tertarik, oleh
kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan
berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan merasa tertarik dalam belajar dan
membentuk pengetahuan baru.
2.3 Kelemahan Dari Pendidikan
Aliran Konstruktivisme
1.
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang
bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan
sehingga menyebabkan miskonsepsi.
2.
Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap
siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak
sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan
kreatifitas siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aliran pedidikan konstruktivisme adalah salah satu
pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses
belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif.
Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun
sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia
seringkali diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan
learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
3.2 Saran
v Mengingat akan pentingnya aliran konstruktivisme dalam
menunjang proses belajar pembelajaran maka marilah sama-sama kita jadikan
sebagai sebagai acuan untuk mengimplementasikannya di setiap ranah pendidikan
yang berlanjut.
v Terkait dengan kelebihan dan kekurangan dari aliran
konstruktivisme yang sudah di kemukakan maka alangkah di pandang perlu apabila
seorang guru harus bertindak sebagai demonstrator dan fasilitator dalam
mengelola sebuah kelas karena hal ini menyangkut keaktifan siswa dalam proses
belajar pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Qeen corner: Teori
Filsafat Pendidikan
Thomas Aquinas,
Wikipedia Bahasa Indonesia
Definisi metafisika
dalam ranah filsafat- aprilins_com.mht
Tidak ada komentar:
Posting Komentar