INTERPRETASI FOTO UDARA
A.
Pengertian Interpretasi
Interpretasi
foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk
mengidentifikasi dan menilai obyek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip
interpretasi.
Interpretasi
biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan. Interpretasi
akan dilakukan berdasarkan kajian dari obyek-obyek yang tampak pada foto udara.
Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan
latihan dan pengalaman penafsir, kondisi obyek yang diinterpretasi dan kualitas
foto yang digunakan. Seseorang dalam menginterpretasikan foto udara memerlukan
pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara.
B. Kunci Interpretasi
Dengan
karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran
obyek-obyek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar
citra foto atau dikenal dengan 7 kunci interpretasi :
1.
Bentuk
Bentuk
berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu obyek individual.
Bentuk merupakan factor yang penting dalam pengenalan obyek citra foto.
2.
Ukuran
Ukuran
obyek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto. Obyek dapat disalah
tafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai/dihitung dengan cermat.
3.
Pola
Pola
berkaitan susunan keruangan obyek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau
keterkaitan merupakan karakteristik bayak obyek, baik alamiah maupun buatan
manusia. Dengan mempelajari pola obyek, penafsir dapat mengenali obyek apa yang
terdapat pada foto udara tsb.
4.
Rona
Rona
mencerminkan warna atau tingkat kualitas kecerahan/kegelapan gambar obyek pada
foto udara. Unsur ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh obyek.
5.
Bayangan
Bayangan
merupakan unsur penting bagi penafsir karena bentuk dan kerangka bayangan
menghasilkan suatu profil pandangan obyek yang dapat membantu dalam
menginterpretasikan suatu obyek.
6.
Tekstur
Tekstur
adalah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh
susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara
individual dengan jelas pada foto udara. Tekstur merupakan hasil bentuk,
ukuran, pola, bayangan dan rona individual.
7.
Lokasi
Lokasi
obyek dalam interpretasi berhubungan dengan kenampakan obyek tersebut ditempat/lokasi
tertentu.
B.
Interpretasi foto udara, citra landsat dan topografi
Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pola struktur yang
berkembang di daerah penelitian berdasarkan analisis morfologinya.Ada beberapa
cara untuk mendapatkan gambaran struktur suatu daerah, yaitu dengan mengamati
adanya liniament yang mungin disebabkan oleh proses pensesaran. Cara ini
dilakukan melalui penafsiran peta topografi, foto udara dan citra indraja.
Penjelasan rinci dari point ini adalah sebagai berikut :
a.
Interpretasi struktur melalui topografi
Menafsirkan jalur struktur berdasarkan
ada/tidaknya lineament (dapat berupa garis lurus atau lengkung) dan
menggambarkannya secara tegas atau terputus-putus. Pola lineament tersebut
selanjutnya ditampilkan dalam bentuk diagram roset dan yang terpenting dibuat
peta linieamentnya.
Mengamati kerapatan kontur. Apabila
dijumpai adanya perbedaan kerapatan kontur yang mencolok maka dapat ditafsirkan
pada batas-batas perbedaannya merupakan akibat pensesaran dan umumnya fenomena
ini diakibatkan oleh sesar normal. Perlu pula diperhatikan fenomena tersebut
dapat saja terjadi akibat perubahan sifat fisik batuan.
Mengamati bentuk morfologi, misalnya :
o
Apabila bentuk punggungan bukit
memanjang barat-timur, dan apabila daerah tersebut disusun oleh batuan sedimen
klastika (dari literatur), maka dapat ditafsirkan bahwa jurus perlapisan
batuannya adalah barat-timur sesuai dengan arah punggungannya.
o
Apabila ada suatu bentuk morfologi
perbukitan dimana pada salah satu lereng bukitnya landai (kerapatan kontur
jarang) dan dibagian sisi lereng lainnya terjal, maka ditafsirkan kemiringan
(arah “dip”) lapisan tersebut ke arah bermorfologi lereng yang landai,
morfologi yang demikian dikenal sebagai Hog back.
o
Apabila ada suatu punggungan perbukitan
dengan arah dan jalur yang sama, namun pada bagian tertentu terpisahkan oleh
suatu lembah (biasanya juga berkembang aliran sungai) atau posisi jalur
punggungannya nampak bergeser, maka dapat ditafsirkan di daerah tersebut telah
mengalami pensesaran dan fenomena tersebut umumnya terjadi akibat sesar
mendatar, sesar normal atau kombinasi keduannya.
o
Apabila suatu daerah bermorfologi
perbukitan, dimana punggungan bukitnya saling sejajar dan dipisahkan oleh
lembah sungai, maka kemungkinan daerah tersebut merupakan perbukitan struktural
lipatan-anjakan.
o
Apabila suatu daerah bermorfologi
pedataran, maka batuan penyusunnya dapat berupa aluvium atau sedimen lainnya
yang mempunyai kemiringan bidang lapisan relatif horizontal. Kondisi ini
umumnya menunjukan bahwa umur batuan masih muda dan relatif belum mengalami
derformasi akibat tektonik (lipatan dan sesar belum berkembang).
Mengamati pola pengaliran sungainya.
Dengan cara ini dapat membantu dalam menafsirkan batuan penyusun serta struktur
geologinya, misalnya :
o
Pola pengaliran trelis dan paralel,
mencerminkan bahwa batuan di daerah tersebut sudah mengalami pelipatan.
o
Pola pengaliran sejajar ditafsirkan
bahwa daerah tersebut telah mengalami proses pensesaran.
o
Pola pengaliran rektangular mencerminkan
bahwa daerah tersebut banyak berkembang kekar.
o
Pola pengaliran dendritik mencerminkan
batuan penyusun yang relatif seragam. Dsb
b.
Interpretasi struktur melalui foto udara dan citra landsat.
Pada
dasarnya interpretasi struktur dengan cara ini, tidak berbeda dengan cara di
atas. Perbedaanya terletak pada kualitas dan kejelasan bentuk permukaan
morfologinya. Misalnya lineament yang tidak nampak peta topografi mungkin akan
nampak jelas terlihat pada foto udara atau landsat.
Permukaan
bumi sangat bervariasi dan kompleks dengan relief-topografinya, komposisi
material tak tekonsolodasi yang mendasari tiap bagian permukaannya dan pelaku
perubahan yang terjadi padanya. Setiap
tipe batuan, retakan atau efek lain gerakan internal, dan tiap bentuk erosi dan
pengendapan merupakan tanda bagi proses yang menghasilkannya. Seseorang yang akan menerangkan material bumi
dan strukturnya harus mengerti asas geomorfologi dan dapat mengenali ekspresi
permukaan beberapa variasi material dan struktur. Melalui proses interpretasi foto udara serta
pemetaan geologi dan tanah selalu membutuhkan sejumlah besar penelitian
dilapangan, tetapi proses pemetaannya dapat jauh dipermudah dengan menggunakan
interpretasi foto udara.
C. Pemetaan Geologi
Foto
udara pertama yang dibuat dari pesawat udara untuk tujuan pemetaan geologi
digunakan untuk membuat mosaic daerah Bengasi Libya, pada tahun 1913. Secara umum, penggunaan pertama foto udara
secara sederhana hanya sebagai peta dasar untuk kompilasi data geologi,
terutama diterapkan untuk eksplorasi minyak bumi. Beberapa penggunaan foto udara untuk
interpretasi pada dasawarsa 1920-an.
Sejak dasawarsa 1940-an, penggunaan foto udara untuk pemetaan geologi
telah dikenal secara luas.
Pemetaan
geologi meliputi identifikasi bantuk lahan, tipe batuan, dan struktur batuan
(lipatan, ptahan, retakan) dan penggambaran unit geologi serta struktur geologi
pada peta atau bentuk peragaan yang lain dalam hubungan spasial yang
benar. Eksplorasi sumberdaya mineral
merupakan kegiatan penting dalam pemetaan geologi. Karena sebagian besar kandungan mineral
deposit di permukaan dan dekat permukaan bumi pada daerah yang mudah didatangi
sedah diketemukan, perhatiannya sekarang pada lokasi deposit yang berada jauh
di bawah permukaan bumi atau wilayah yang sukar dijangkau. Metode geofisik yang memungkinkan penetrasi
yang dalam ke bumi pada umumnya diperlukan untuk menentukan potensi deposit dan
menentukan lokasi pengeboran untuk meyakinkan adanya kandungan deposit. Akan tetapi banyak informasi tentang daerah
yang potensial untuk eksplorasi mineral dapat ditemukan dengan interpretasi
bentuk permukaan pada foto udara atau citra satelit.
Foto
udara untuk terapan geologi pada umumnya dipotret antara tengah pagi hingga
tengah hari, pada waktu matahari membuat sudut besar dan efek bayangannya
kecil. Foto udara yang mempunyai sudut
matahari kecil dipotret pada pagi hari atau sore hari pada waktu matahari
berbentuk 10o atau kurang diatas horizon.
Pada foto ini terdapat daerah bayangan yang sering memperlihatkan adanya
perbedaan relief dan pola tekstur yang halus yang tidak tampak pada foto udara
yang sudut mataharinya besar. Beberapa
pola bayangan seperti ini dapat membantu dalam identifikasi unit geologi. Akan tetapi karena kondisi penyinaran berubah
cepat pada pagi atau sore hari, sudut penyinaran dan kondisi pemotretan foto
tidak mungkin tetap selama penerbangan pada suatu sudut matahari kecil.
Untuk
sebagian besar terapan, foto udara dipotret dengan kondisi permukaan bumi bebas
dari salju, karena penutupan oleh salju menghilangkan kerincian permukaan. Akan tetapi foto udara yang permukaannya
tertutup salju yang dipotert dengan sudut matahari rendah pada musim dingin,
dapat memberikan gambaran aspek topografi medan yang dipertajam. Hal ini sering menghasilkan informasi yang
berguna yang tidak mungkin dihasilkan dari foto udara yang bebas salju.
`Interpretasi
citra multitingkat sering deigunakan dalam studi geologi. Penafsir memulainya dengan melakukan
interpretasi citra Landsat dengan skala 1:500.000 hingga 1:1.000.000, kemudian
mengkaji foto udara stereoskopik berskala lebih kecil dari skala 1:60.000
sampai 1:120.000 hasil pemotretan dengan ketinggian terbang tinggi. Untuk pemetaan yang rinci, dapat menggunakan
foto udara stereoskopik berskala 1:20.000.
Citra skala kecil memungkinkan pengamatan untuk menyeluruh atas tata
letak geologi secara regional. Banyak
kenampakan geologi penting yang membentang dengan jarak yang besar seperti
patahan geologi dapat dipelajari dengan baik dengan mengamati citra
satelit. Untuk identifikasi dan pemetaan
yang lebih rinci, dapat menggunakan foto udara skala besar.
Pemetaan
Tanah
Survei
tanah rinci merupakan sumber utama informasi suatu daerah. Karena itulah peta tersebut banyak digunakan
pada kegiatan seperti perencanaan penggunaan lahan yang komprehensif. Mengetahui kesesuaian tanah untuk berbagai
aktivitas penggunaan lahan sangat essensial untuk melindungi kemerosotan
lingkungan sehubungan dengan kesalahan dalam penggunaan lahan. Secara ringkas, apabila perencanaan
dimaksudkan dimaksudkan sebagai alat yang efektif untuk tuntunan penggunaan
lahan, maka harus didasarkan pada inventarisasi sumberdaya alam secara teliti.
Survei
tanah rinci merupakan hasil studi intensif sumberdaya tanah oleh pakar yang
terlatih. Untuk membuat batas unit tanah
digunakan interpretasi foto udara disertai kerja lapangan yang ekstensif. Pakar tanah melintas bentang darat dengan
berjalan kaki, melakukan identifikasi tanah, dan membuat batas tanah. Proses ini meliputi pengkajian lapangan atas
sejumlah besar profil tanah (penampang melintang), melakukan identifikasi, dan
mengklasifikasikan unit tanah.
Pengalaman dan latihan pakar tanah sangat diperlukan untuk mengevaluasi
hubungan antara tanah dan vegetasi, material bahan induk geologi, bentuk lahan,
dan posisi bentang darat. Interpretasi
foto udara telah digunakan sejak awal 1930-an untuk mempermudah proses pemetaan
tanah. Secara khusus digunakan foto
udara pankromatik berskala 1:15.840 hingga skala 1:40.000 sebagai dasar
pemetaan.
Peta
survei tanah pertanian telah dibuat untuk beberapa daerah di Amerika oleh
Departemen Pertanian A.S (USDA) sejak sekitar tahun 1900. Sebagian besar survey tanah yang diterbitkan
sejak tahun 1957 merupakan peta tanah yang dicetak dengan menggunakan dasar
mosaic foto dengan skala 1:24.000, 1:20.000, atau 1:15.800. Tujuan semula survey tersebut adalah untuk
memberikan bantuan tehnik kepada petani dan peternak untuk pengelolaan tanaman
dan pelaksanaan perumputan. Survei tanah
yang diterbitkan sejak tahun 1957 berisi informasi tentang kecocokan tanah
untuk beberapa variasi penggunaan pada setiap unit tanah yang dipetakan. Peta tersebut berisi informasi untuk beberapa
tujuan seperti penaksiran produksi untuk tanaman pertanian umum, evaluasi
kecocokan lahan penggembalaan, menghitung produksi kayu, menaksir kondisi habitat
binatang liar, menilai kecocokan untuk berbagai keperluan wisata, dan
menentukan kecocokan untuk berbagai keperluan pengembangan seperti untuk jalan
raya, jalan local, fondasi bangunan, dan daerah serapan septik tank.
INTERPRETASI PENUTUP / PENGGUNAAN
LAHAN SECARA STEREOSKOPIS BERDASARKAN FOTO UDARA PANKROMATIK HITAM / PUTIH
Foto
udara mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan jenis-jenis citra lain terutama
dengan resolusi spasial yang diberikannya. Disamping itu juga adanya kemampuan
foto udara dalam menampilkan obyeknya secara stereokopis, yang dikarenakan oleh
tampalan foto yang satu dengan yang lain. Penghitungan sederhana resolusi
spasial foto udara adalah dengan rumusan sebagai berikut :
Resolusi spasial foto udara =
1/40.000 x Penyebut skala
Terlepas
daripada keunggulan dan keterbatasan foto udara pankromatik dibandingkan dengan
FU IRed, semua jenis foto udara memiliki keunggulan dalam hal penyajian
kenampakan stereoskopis. Hal ini dimungkinkan karena foto udara diperoleh
dengan pemotretan yang berurutan pada suatu jalur terbang. Pertampalan (wilayah
pada foto dengan kenampakan sama, interseksi atau overlap) antara 2 foto hasiol
pemotretan yang berurutan pada suatu jalur terbang disebut Endlap, sedangkan
pertampalan yang berurutan pada dua jalur terbang disebut sidelap. Endlap
optimum biasanya sekitar 60% dari foto udara, sedangkan sidelap optimum adalah
sebesar 15%. Jika kurang dari persentasi tersebut, maka biasanya wilayah yang
dapat teramati secara tiga dimensi akan sangat terbatas. Namun jika lebih dari
persentasi tadi misalnya endlap 90% maka biayanya akan sangat besar.
Karena
obyek tampak dengan perujudan tiga dimensional, pengenalannya pada citra mudah
dilakukan. Disamping itu, pengenalan obyek juga dapat juga dipermudah dengan
dua hal, yaitu :
a. Pembesaran tegak yang memperjelas relief
dan
b. Pembesaran (tegak dan mendatar) bila
digunakan binokuler dalam pengamatannya, namun binokuler akan mengecilkan luas
daerah pengamatan walaupun obyek diperbesar.
Kenampakan
stereoskopis terjadi karena adanya perbedaan posisi pemotretan (sudut pandang)
dan proyeksinya bersifat sentral, maka pada setiap foto terdapat paralaks,
pergeseran relief, dan distorsi. Prinsip-prinsip perhitungan ini terdapat pada
fotogrammetri. Sacara praktis kenampakan medan yang kasar pada dua foto udara
yang saling bertampalan akan berbeda ukuran, arah, dan bentuknya. Khususnya
apabila kenampakan tersebut terdapat pada bagian tepi foto. Obyek yang terdapat
pada lereng yang curam ‘menghadap’ kamera pada posisi 1 (foto 1) akan tampak
berbeda pada foto 2 di sebelahnya, apabila obyek ini tidak menghadap kamera
pada posisi 2. ditambah dengan adanya pergeseran relief, perbedaan semacam ini
sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan penafsir dalam menarik
garis(delineasi) batas-batas kenampakan obyek.
Penggunaan
kamera dengan panjang focus (focal length) yang kecil, atau biasa disebut
dengan sudut lebar (wide angle), akan memperburuk diostorsi yang terjadi.
Kesulitan yang sangat parah sering dijumpai pada penggunaan pasangan foto yang
meliputi lereng atas dan kerucut vulkan, yang dipotret dengan kamera sudut
lebar. Pada pasangan foto ini, kenampakan igir dan lembah pada foto kiri dan
kanan dapat benar-benar bertentangan sehingga delineasi secara stereoskopis
sulit dilakukan.
Kesimpulan
- Interpretasi foto udara mempermudah proses pemetaan geologi dan tanah.
- Pemetaan geologi meliputi identifikasi bantuk lahan, tipe batuan, dan struktur batuan (lipatan, ptahan, retakan) dan penggambaran unit geologi serta struktur geologi pada peta atau bentuk peragaan yang lain dalam hubungan spasial yang benar.
- Pemetaan tanah (survey tanah) meliputi pengkajian lapangan atas sejumlah besar profil tanah (penampang melintang), melakukan identifikasi, dan mengklasifikasikan unit tanah.
Daftar Pustaka
Lillesand, T. M. Kiefer, R. W. 1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar