Selasa, 24 Mei 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Lebih dua dasa warsa terakhir ini , dunia pendidikan mendapat sumbangan pemikiran dari teori kontruktivisme sehingga banyak negara mengadakan perubahan secara mendasar terhadap sistem dan praktik pendidikan mereka bahkan kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pun tak luput dari pengaruh teori ini. Paul Suparno dalam “Filsafat Konstuktivitas dalam pendidikan” mencoba mengurai implikasi filsafat konstruktivisme dalam pendidikan.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Jean Piaget adalah Psikolog pertama yang menggunkan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuanya dikenal dengan teori adaptasi kognitif, sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup , demikian juga struktur pemikiran manusia, manusia bertentangan dengan tantangan , pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). untuk itu manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut.dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang
Dalam rangka mendidik, hal ini berarti membangun sikap jiwa dan raga seseorang dalam menjalani hidup, menghadapi berbagai macam persoalan, dan memecahkan permasalahan. Oleh karena itu diperlukan dasar yang kuat yang mampu menjadi pedoman bagi seseorang untuk dapat menentukan langkah yang akan ditempuhnya.
Dasar atau pondasi yang terbina dalam diri seseorang berasal dari agama, keluarga, dan guru yang merupakan sumber yang dipercaya mampu mengarahkan pada suatu kebaikan sebagai bekal untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mendidik seseorang, mempersiapkannya dalam hidup, dibutuhkan focus terhadap pribadi yang sedang dididik, oleh karena itu makalah yang saya sajikan mengangkat bahasan analisa mengenai aliran pendidikan Konstruktivisme.

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan aliran pendidikan aliran Konstruktivisme?
2.      Apakah kelebihan dari Aliran Konstruktivisme?
3.      Apakah kelemahan dari Aliran Konstruktivisme?

1.3         Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan aliran Konstruktivisme.
2. Mengetahui kelebihan dari pendidikan aliran Konstruktivisme.
3. Mengetahui kelemahan dari pendidikan aliran Konstruktivisme.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aliran Pendidikan Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Jean Piaget adalah Psikolog pertama yang menggunkan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuanya dikenal dengan teori adaptasi kognitif, sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia bertentangan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). untuk itu manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi :
1.    Skema adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
2.    Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinsi.
3.    Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
4.    Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemanya).
Giambatista Vico mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Paul Suparno, 1997: 24). Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karenadia pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikanTuhan.
Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengemukakan karakteristik sebagai berikut:
1.    Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
2.    Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
3.    Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal,
4.    Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas,
5.    Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam treori kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan.
Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup.
3. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa.
6. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi makna.Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.

2.2 Kelebihan Dari Pendidikan Aliran Konstruktivisme

1.    Berfikir, dalam proses membentuk pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, mengeluarkan ide dan membuat keputusan.
2.    Mengerti, oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam membentuk pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3.    Ingat, oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
4.    Kemahiran sosial, Kemahiran sosial diperolehi ketika berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5.    Tertarik, oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan merasa tertarik dalam belajar dan membentuk pengetahuan baru.

2.3 Kelemahan Dari Pendidikan Aliran Konstruktivisme

1.    Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
2.    Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
3.    Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aliran pedidikan konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

3.2 Saran 

v  Mengingat akan pentingnya aliran konstruktivisme dalam menunjang proses belajar pembelajaran maka marilah sama-sama kita jadikan sebagai sebagai acuan untuk mengimplementasikannya di setiap ranah pendidikan yang berlanjut.
v  Terkait dengan kelebihan dan kekurangan dari aliran konstruktivisme yang sudah di kemukakan maka alangkah di pandang perlu apabila seorang guru harus bertindak sebagai demonstrator dan fasilitator dalam mengelola sebuah kelas karena hal ini menyangkut keaktifan siswa dalam proses belajar pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA



Qeen corner: Teori Filsafat Pendidikan
Thomas Aquinas, Wikipedia Bahasa Indonesia
Definisi metafisika dalam ranah filsafat- aprilins_com.mht

INTERPRETASI FOTO UDARA

A. Pengertian Interpretasi

Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai obyek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi.
Interpretasi biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari obyek-obyek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi obyek yang diinterpretasi dan kualitas foto yang digunakan. Seseorang dalam menginterpretasikan foto udara memerlukan pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara.

B. Kunci Interpretasi

Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran obyek-obyek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto atau dikenal dengan 7 kunci interpretasi :
1. Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu obyek individual. Bentuk merupakan factor yang penting dalam pengenalan obyek citra foto.
2. Ukuran
Ukuran obyek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto. Obyek dapat disalah tafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai/dihitung dengan cermat.
3. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan obyek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik bayak obyek, baik alamiah maupun buatan manusia. Dengan mempelajari pola obyek, penafsir dapat mengenali obyek apa yang terdapat pada foto udara tsb.
4. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kualitas kecerahan/kegelapan gambar obyek pada foto udara. Unsur ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh obyek.
5. Bayangan
Bayangan merupakan unsur penting bagi penafsir karena bentuk dan kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan obyek yang dapat membantu dalam menginterpretasikan suatu obyek.

6. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto udara. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual.
7. Lokasi
Lokasi obyek dalam interpretasi berhubungan dengan kenampakan obyek tersebut ditempat/lokasi tertentu.
B. Interpretasi foto udara, citra landsat dan topografi
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pola struktur yang berkembang di daerah penelitian berdasarkan analisis morfologinya.Ada beberapa cara untuk mendapatkan gambaran struktur suatu daerah, yaitu dengan mengamati adanya liniament yang mungin disebabkan oleh proses pensesaran. Cara ini dilakukan melalui penafsiran peta topografi, foto udara dan citra indraja. Penjelasan rinci dari point ini adalah sebagai berikut :
a. Interpretasi struktur melalui topografi
*      Menafsirkan jalur struktur berdasarkan ada/tidaknya lineament (dapat berupa garis lurus atau lengkung) dan menggambarkannya secara tegas atau terputus-putus. Pola lineament tersebut selanjutnya ditampilkan dalam bentuk diagram roset dan yang terpenting dibuat peta linieamentnya.
*      Mengamati kerapatan kontur. Apabila dijumpai adanya perbedaan kerapatan kontur yang mencolok maka dapat ditafsirkan pada batas-batas perbedaannya merupakan akibat pensesaran dan umumnya fenomena ini diakibatkan oleh sesar normal. Perlu pula diperhatikan fenomena tersebut dapat saja terjadi akibat perubahan sifat fisik batuan.
*      Mengamati bentuk morfologi, misalnya :
o   Apabila bentuk punggungan bukit memanjang barat-timur, dan apabila daerah tersebut disusun oleh batuan sedimen klastika (dari literatur), maka dapat ditafsirkan bahwa jurus perlapisan batuannya adalah barat-timur sesuai dengan arah punggungannya.
o   Apabila ada suatu bentuk morfologi perbukitan dimana pada salah satu lereng bukitnya landai (kerapatan kontur jarang) dan dibagian sisi lereng lainnya terjal, maka ditafsirkan kemiringan (arah “dip”) lapisan tersebut ke arah bermorfologi lereng yang landai, morfologi yang demikian dikenal sebagai Hog back.
o   Apabila ada suatu punggungan perbukitan dengan arah dan jalur yang sama, namun pada bagian tertentu terpisahkan oleh suatu lembah (biasanya juga berkembang aliran sungai) atau posisi jalur punggungannya nampak bergeser, maka dapat ditafsirkan di daerah tersebut telah mengalami pensesaran dan fenomena tersebut umumnya terjadi akibat sesar mendatar, sesar normal atau kombinasi keduannya.
o   Apabila suatu daerah bermorfologi perbukitan, dimana punggungan bukitnya saling sejajar dan dipisahkan oleh lembah sungai, maka kemungkinan daerah tersebut merupakan perbukitan struktural lipatan-anjakan.
o   Apabila suatu daerah bermorfologi pedataran, maka batuan penyusunnya dapat berupa aluvium atau sedimen lainnya yang mempunyai kemiringan bidang lapisan relatif horizontal. Kondisi ini umumnya menunjukan bahwa umur batuan masih muda dan relatif belum mengalami derformasi akibat tektonik (lipatan dan sesar belum berkembang).
*      Mengamati pola pengaliran sungainya. Dengan cara ini dapat membantu dalam menafsirkan batuan penyusun serta struktur geologinya, misalnya :
o   Pola pengaliran trelis dan paralel, mencerminkan bahwa batuan di daerah tersebut sudah mengalami pelipatan.
o   Pola pengaliran sejajar ditafsirkan bahwa daerah tersebut telah mengalami proses pensesaran.
o   Pola pengaliran rektangular mencerminkan bahwa daerah tersebut banyak berkembang kekar.
o   Pola pengaliran dendritik mencerminkan batuan penyusun yang relatif seragam. Dsb
b. Interpretasi struktur melalui foto udara dan citra landsat.
Pada dasarnya interpretasi struktur dengan cara ini, tidak berbeda dengan cara di atas. Perbedaanya terletak pada kualitas dan kejelasan bentuk permukaan morfologinya. Misalnya lineament yang tidak nampak peta topografi mungkin akan nampak jelas terlihat pada foto udara atau landsat.
Permukaan bumi sangat bervariasi dan kompleks dengan relief-topografinya, komposisi material tak tekonsolodasi yang mendasari tiap bagian permukaannya dan pelaku perubahan yang terjadi padanya.  Setiap tipe batuan, retakan atau efek lain gerakan internal, dan tiap bentuk erosi dan pengendapan merupakan tanda bagi proses yang menghasilkannya.  Seseorang yang akan menerangkan material bumi dan strukturnya harus mengerti asas geomorfologi dan dapat mengenali ekspresi permukaan beberapa variasi material dan struktur.  Melalui proses interpretasi foto udara serta pemetaan geologi dan tanah selalu membutuhkan sejumlah besar penelitian dilapangan, tetapi proses pemetaannya dapat jauh dipermudah dengan menggunakan interpretasi foto udara.

C.  Pemetaan Geologi

Foto udara pertama yang dibuat dari pesawat udara untuk tujuan pemetaan geologi digunakan untuk membuat mosaic daerah Bengasi Libya, pada tahun 1913.  Secara umum, penggunaan pertama foto udara secara sederhana hanya sebagai peta dasar untuk kompilasi data geologi, terutama diterapkan untuk eksplorasi minyak bumi.  Beberapa penggunaan foto udara untuk interpretasi pada dasawarsa 1920-an.  Sejak dasawarsa 1940-an, penggunaan foto udara untuk pemetaan geologi telah dikenal secara luas.

Pemetaan geologi meliputi identifikasi bantuk lahan, tipe batuan, dan struktur batuan (lipatan, ptahan, retakan) dan penggambaran unit geologi serta struktur geologi pada peta atau bentuk peragaan yang lain dalam hubungan spasial yang benar.  Eksplorasi sumberdaya mineral merupakan kegiatan penting dalam pemetaan geologi.  Karena sebagian besar kandungan mineral deposit di permukaan dan dekat permukaan bumi pada daerah yang mudah didatangi sedah diketemukan, perhatiannya sekarang pada lokasi deposit yang berada jauh di bawah permukaan bumi atau wilayah yang sukar dijangkau.  Metode geofisik yang memungkinkan penetrasi yang dalam ke bumi pada umumnya diperlukan untuk menentukan potensi deposit dan menentukan lokasi pengeboran untuk meyakinkan adanya kandungan deposit.  Akan tetapi banyak informasi tentang daerah yang potensial untuk eksplorasi mineral dapat ditemukan dengan interpretasi bentuk permukaan pada foto udara atau citra satelit.
Foto udara untuk terapan geologi pada umumnya dipotret antara tengah pagi hingga tengah hari, pada waktu matahari membuat sudut besar dan efek bayangannya kecil.  Foto udara yang mempunyai sudut matahari kecil dipotret pada pagi hari atau sore hari pada waktu matahari berbentuk 10o atau kurang diatas horizon.  Pada foto ini terdapat daerah bayangan yang sering memperlihatkan adanya perbedaan relief dan pola tekstur yang halus yang tidak tampak pada foto udara yang sudut mataharinya besar.  Beberapa pola bayangan seperti ini dapat membantu dalam identifikasi unit geologi.  Akan tetapi karena kondisi penyinaran berubah cepat pada pagi atau sore hari, sudut penyinaran dan kondisi pemotretan foto tidak mungkin tetap selama penerbangan pada suatu sudut matahari kecil.
Untuk sebagian besar terapan, foto udara dipotret dengan kondisi permukaan bumi bebas dari salju, karena penutupan oleh salju menghilangkan kerincian permukaan.  Akan tetapi foto udara yang permukaannya tertutup salju yang dipotert dengan sudut matahari rendah pada musim dingin, dapat memberikan gambaran aspek topografi medan yang dipertajam.  Hal ini sering menghasilkan informasi yang berguna yang tidak mungkin dihasilkan dari foto udara yang bebas salju.
`Interpretasi citra multitingkat sering deigunakan dalam studi geologi.  Penafsir memulainya dengan melakukan interpretasi citra Landsat dengan skala 1:500.000 hingga 1:1.000.000, kemudian mengkaji foto udara stereoskopik berskala lebih kecil dari skala 1:60.000 sampai 1:120.000 hasil pemotretan dengan ketinggian terbang tinggi.  Untuk pemetaan yang rinci, dapat menggunakan foto udara stereoskopik berskala 1:20.000.  Citra skala kecil memungkinkan pengamatan untuk menyeluruh atas tata letak geologi secara regional.  Banyak kenampakan geologi penting yang membentang dengan jarak yang besar seperti patahan geologi dapat dipelajari dengan baik dengan mengamati citra satelit.  Untuk identifikasi dan pemetaan yang lebih rinci, dapat menggunakan foto udara skala besar.

Pemetaan Tanah

Survei tanah rinci merupakan sumber utama informasi suatu daerah.  Karena itulah peta tersebut banyak digunakan pada kegiatan seperti perencanaan penggunaan lahan yang komprehensif.  Mengetahui kesesuaian tanah untuk berbagai aktivitas penggunaan lahan sangat essensial untuk melindungi kemerosotan lingkungan sehubungan dengan kesalahan dalam penggunaan lahan.  Secara ringkas, apabila perencanaan dimaksudkan dimaksudkan sebagai alat yang efektif untuk tuntunan penggunaan lahan, maka harus didasarkan pada inventarisasi sumberdaya alam secara teliti.
Survei tanah rinci merupakan hasil studi intensif sumberdaya tanah oleh pakar yang terlatih.  Untuk membuat batas unit tanah digunakan interpretasi foto udara disertai kerja lapangan yang ekstensif.  Pakar tanah melintas bentang darat dengan berjalan kaki, melakukan identifikasi tanah, dan membuat batas tanah.  Proses ini meliputi pengkajian lapangan atas sejumlah besar profil tanah (penampang melintang), melakukan identifikasi, dan mengklasifikasikan unit tanah.  Pengalaman dan latihan pakar tanah sangat diperlukan untuk mengevaluasi hubungan antara tanah dan vegetasi, material bahan induk geologi, bentuk lahan, dan posisi bentang darat.  Interpretasi foto udara telah digunakan sejak awal 1930-an untuk mempermudah proses pemetaan tanah.  Secara khusus digunakan foto udara pankromatik berskala 1:15.840 hingga skala 1:40.000 sebagai dasar pemetaan.
Peta survei tanah pertanian telah dibuat untuk beberapa daerah di Amerika oleh Departemen Pertanian A.S (USDA) sejak sekitar tahun 1900.  Sebagian besar survey tanah yang diterbitkan sejak tahun 1957 merupakan peta tanah yang dicetak dengan menggunakan dasar mosaic foto dengan skala 1:24.000, 1:20.000, atau 1:15.800.  Tujuan semula survey tersebut adalah untuk memberikan bantuan tehnik kepada petani dan peternak untuk pengelolaan tanaman dan pelaksanaan perumputan.  Survei tanah yang diterbitkan sejak tahun 1957 berisi informasi tentang kecocokan tanah untuk beberapa variasi penggunaan pada setiap unit tanah yang dipetakan.  Peta tersebut berisi informasi untuk beberapa tujuan seperti penaksiran produksi untuk tanaman pertanian umum, evaluasi kecocokan lahan penggembalaan, menghitung produksi kayu, menaksir kondisi habitat binatang liar, menilai kecocokan untuk berbagai keperluan wisata, dan menentukan kecocokan untuk berbagai keperluan pengembangan seperti untuk jalan raya, jalan local, fondasi bangunan, dan daerah serapan septik tank. 

INTERPRETASI PENUTUP / PENGGUNAAN LAHAN SECARA STEREOSKOPIS BERDASARKAN FOTO UDARA PANKROMATIK HITAM / PUTIH

Foto udara mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan jenis-jenis citra lain terutama dengan resolusi spasial yang diberikannya. Disamping itu juga adanya kemampuan foto udara dalam menampilkan obyeknya secara stereokopis, yang dikarenakan oleh tampalan foto yang satu dengan yang lain. Penghitungan sederhana resolusi spasial foto udara adalah dengan rumusan sebagai berikut :
               Resolusi spasial foto udara = 1/40.000 x Penyebut skala
Terlepas daripada keunggulan dan keterbatasan foto udara pankromatik dibandingkan dengan FU IRed, semua jenis foto udara memiliki keunggulan dalam hal penyajian kenampakan stereoskopis. Hal ini dimungkinkan karena foto udara diperoleh dengan pemotretan yang berurutan pada suatu jalur terbang. Pertampalan (wilayah pada foto dengan kenampakan sama, interseksi atau overlap) antara 2 foto hasiol pemotretan yang berurutan pada suatu jalur terbang disebut Endlap, sedangkan pertampalan yang berurutan pada dua jalur terbang disebut sidelap. Endlap optimum biasanya sekitar 60% dari foto udara, sedangkan sidelap optimum adalah sebesar 15%. Jika kurang dari persentasi tersebut, maka biasanya wilayah yang dapat teramati secara tiga dimensi akan sangat terbatas. Namun jika lebih dari persentasi tadi misalnya endlap 90% maka biayanya akan sangat besar.
Karena obyek tampak dengan perujudan tiga dimensional, pengenalannya pada citra mudah dilakukan. Disamping itu, pengenalan obyek juga dapat juga dipermudah dengan dua hal, yaitu :
a.       Pembesaran tegak yang memperjelas relief dan
b.       Pembesaran (tegak dan mendatar) bila digunakan binokuler dalam pengamatannya, namun binokuler akan mengecilkan luas daerah pengamatan walaupun obyek diperbesar.
Kenampakan stereoskopis terjadi karena adanya perbedaan posisi pemotretan (sudut pandang) dan proyeksinya bersifat sentral, maka pada setiap foto terdapat paralaks, pergeseran relief, dan distorsi. Prinsip-prinsip perhitungan ini terdapat pada fotogrammetri. Sacara praktis kenampakan medan yang kasar pada dua foto udara yang saling bertampalan akan berbeda ukuran, arah, dan bentuknya. Khususnya apabila kenampakan tersebut terdapat pada bagian tepi foto. Obyek yang terdapat pada lereng yang curam ‘menghadap’ kamera pada posisi 1 (foto 1) akan tampak berbeda pada foto 2 di sebelahnya, apabila obyek ini tidak menghadap kamera pada posisi 2. ditambah dengan adanya pergeseran relief, perbedaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan penafsir dalam menarik garis(delineasi) batas-batas kenampakan obyek.
Penggunaan kamera dengan panjang focus (focal length) yang kecil, atau biasa disebut dengan sudut lebar (wide angle), akan memperburuk diostorsi yang terjadi. Kesulitan yang sangat parah sering dijumpai pada penggunaan pasangan foto yang meliputi lereng atas dan kerucut vulkan, yang dipotret dengan kamera sudut lebar. Pada pasangan foto ini, kenampakan igir dan lembah pada foto kiri dan kanan dapat benar-benar bertentangan sehingga delineasi secara stereoskopis sulit dilakukan.


Kesimpulan
  • Interpretasi foto udara mempermudah proses pemetaan geologi dan tanah.
  • Pemetaan geologi meliputi identifikasi bantuk lahan, tipe batuan, dan struktur batuan (lipatan, ptahan, retakan) dan penggambaran unit geologi serta struktur geologi pada peta atau bentuk peragaan yang lain dalam hubungan spasial yang benar.
  • Pemetaan tanah (survey tanah) meliputi pengkajian lapangan atas sejumlah besar profil tanah (penampang melintang), melakukan identifikasi, dan mengklasifikasikan unit tanah.


Daftar Pustaka
Lillesand, T. M.  Kiefer, R. W.  1993.  Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.  Gadjah Mada University Press.  Yogyakarta.

Jumat, 29 April 2016

Pembangunan Berkelanjutan Dan Berwawasan Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pembangun merupakan upaya pengelolaan lingkungan hidup yaitu proses pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan teknologi.Pembangunan dilaksanakan untuk mencapai keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam lingkungan hidup untuk mencapai tujuannya yaitu taraf hidup yang lebih baik. Pemanfaatan sumber daya lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan nasional harus dibarengi dengan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan berupa pemulihannya. Artinya perubahan lingkungan itu semata-mata dilaksanakan dalam rangka meningkatkan daya dukung lingkungan terhadap kehidupan. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan atau kemampuan ekosistem mendukung kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
 Konsep pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia adalah pembangunaan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu pembangunan yang berupaya memenuhi kebutuhan masa kini (generasi sekarang) tetapi tidak mengurangi kesempatan generasai yang mendatang memenuhi kebutuhannya misalnya, melakukan reboisasi tebang pilih. Oleh karena itu, pembangunan berwawasan lingkungan bersifat lintas generasi.
 Konsep sentral Pembangunan Berwawasan lingkungan adalah pelestarian atau konservasi lingkungan, yaitu upaya yang dilaksanakan untuk mempertahankan fumgsi lingkungan agar tetap mampu memenuhi kebutuhan umat manusia dan tidak mengalami kerusakan atau habis terkuras.
Menurut Otto Sumarwoto (1989) Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan tempat tinggal kita merupakan contoh yang paling mudah kita amati. Di dalamnya antara lain ada burung, kucing, ayam, kupu-kupu bahkan cacing atau belatung terdapat di sekitar kita.
Pembangunan berkelanjutan erat kaitannya dengan pembangunan berwawasan Lingkungan. jadi Pembangunan berwawasan lingkungan pada hakikatnya merupakan pembangunan lestari.Pembangunan lestari yang didasarkan pada pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup,termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa datang.Dari segi lingkungan, pembangunan berwawasan lingkungan dapat diartikan sebagai gabungan antara pembangunan dan kemajuan dengan usaha untuk memelihara lingkungan agar sumber-sumber daya alam di sekitar kita, seperti sumber air, hutan, tanah, udara, energi, mineral, dan lain-lain yang telah digunakan tidak hilang dan musnah sehingga dapat digunakan kembali.
Dalam proses pembangunan yang berwawasan lingkungan, penggunaan sumber-sumber daya alam yang tersedia senantiasa mempertimbangkan dan memperhitungkan kemampuan sumber daya alam itu sendiri. Penggunaan sumber daya alam secara semena-mena dan rakus oleh manusia, suatu ketika akan menimbulkan kesulitan besar bagi manusia, terutama generasi yang akan datang. Orang-orang tertentu yang hanya memikirkan keuntungan pribadi semata, dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang berdampak pada orang lain dan generasi di kemudian hari.
Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan merupakan proses pembangunan yang senantiasa memadukan proses pembangunan dengan potensi lingkungan. Pembangunan tidak akan dapat tercapai dan berkembang apabila kemampuan lingkungan terus mengalami kemerosotan. Demikian pula halnya lingkungan tidak akan dapat dilindungi dan dipelihara apabila pembangunan di suatu negara itu rendah kualitasnya sehingga tidak mempunyai cukup dana dan teknologi untuk menjaga, dan memelihara lingkungan. Antara pembangunan dengan pemeliharaan lingkungan merupakan dua hal yang harus berjalan seiring.

1.2.     Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      bagaimana pengertian lingkungan hidup ?
2.     bagaimana interaksi unsur-unsur lingkungan?
3.      bagaimana bentuk kerusakan lingkungan hidup dan cara mengatasinya?
4.     bagaimana usaha pelestarian lingkungan hidup?
5.   bagaimana hakekat pembangunan berkelanjutan dan cirri-cirinya?


1.3.     Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      untuk mengetahui pengertian lingkungan hidup!
2.     untuk mengetahui interaksi unsur-unsur lingkungan!
3.     untuk mengetahui bentuk kerusakan lingkungan hidup dan cara mengatasinya!
4.     untuk mengetahui usaha pelestarian lingkungan hidup!
5.    untuk mengetahui hakekat pembangunan berkelanjutan dan cirri-cirinya!









BAB II
PEMBAHASAAN
Lingkungan Hidup Dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan.
         Lingkungan hidup dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk mengetahui lebih jauh, dalam bab ini akan diuraikan tentang lingkungan hidup dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
2.1. Pengertian  Lingkungan Hidup
         Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bab 1 Pasal 1 merumuskan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
         Dengan penjelasan itu bahwa lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu wilayah yang disebut dengan ekosistem. Di dalamnya meliputi lingkungan alam hayati, nonhayati, dan lingkungan buatan serta lingkungan sosial. Ilmu yang mempelajari tentang lingkungan adalah ekologi.
         Lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan hidup alamiah dan lingkungan hidup buatan..
1. Lingkungan Hidup Alamiah
         Lingkungan hidup alamiah adalah suatu sistem yang amat dinamis yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan, makhluk hidup, dan komponen-komponen abiotik lainnya, tanpa adanya dominasi campur tangan manusia. Interaksi yang terjadi di dalam lingkungan alamiah dan sekitarnya membentuk suatu ekosistem. Salah satu contoh lingkungan hidup alamiah, yaitu hutan prime
         Dalam lingkungan alamiah ini terjadi interaksi antarkomponen lingkungan, pertukaran energi dan materi, dan pergantian komunitas tumbuhan dan hewan sebagai respons terhadap perubahan lingkungan yang ditimbulkan oleh peristiwa alam, seperti gempa, kebakaran hutan, banjir, dan pergantian iklim. Pergantian alamiah dalam lingkunan hidup alamiah dapat terjadi berkali-kali, namun akhirnya selalu membentuk komunitas yang stabil. Sebaliknya, pergantian dalam hutan primer yang terjadi akibat kegiatan manusia, seperti penebangan hutan, perladangan berpindah, pertambangan, pembukaan hutan untuk pertanian, dan perkebunan menyebabkan lingkungan hidup alamiah menjadi lingkungan hidup binaan.
2. Lingkungan Hidup Buatan atau Binaan
         Lingkungan hidup binaan adalah lingkungan hidup alamiah yang sudah didominasi oleh kehadiran manusia. Lingkungan hidup binaan ini dapat terbentuk karena kebutuhan hidup manusia dengan jumlah penduduk yang makin meningkat memaksa manusia mengubah lingkungan hidup alamiah. Dalam proses membentuk lingkungan hidup binaan ini, manusia menghasilkan limbah. Oleh karena itu, lingkungan hidup binaan selalu ditandai oleh timbulnya limbah yang membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak fisik, hayati, sosial maupun dampak yang terasa langsung oleh manusia itu sendiri.
2.2.Intruksi  Unsur-Unsur Lingkungan
         Manusia hidup di muka bumi ini berkembang dan berinteraksi dengan lingkungan. Kehidupannya dimulai dari yang paling sederhana, yaitu merupakan bagian dari lingkungan, kemudian mulai manusia melepaskan diri dari lingkungan dengan jalan mengolah lingkungan, sampai berusaha membina lingkungan. Manusia bagian dari lingkungan guna memenuhi kebutuhan hidupnya terutama bahan makanan, hanya terbatas pada segala sesuatu yang terdapat di dalam lingkungan, sehingga tidak ada usaha untuk memproduksi bahan makanan yang dibutuhkan. Sejalan dengan pertumbuhan manusia yang terus bertambah, lingkungan semakin terbatas dalam menyediakan bahan yang dibutuhkannya. Apalagi, di antara manusia di dalam lingkungan yang sama terjadi persaingan dalam memperebutkan ruang hidup dan sumber daya.
Secara garis besar, unsur lingkungan hidup dibagi menjadi tiga, yaitu biotik, abiotik dan sosial budaya.
1. Unsur biotik
         Unsur biotik adalah segala makhluk hidup yang terdapat di sekitar kita, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan binatang. Baik yang terdapat di atas tanah maupun yang terdapat di dalam tanah.
2. Unsur abiotik
         Unsur abiotik adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar kita yang berwujud benda-benda mati seperti tanah, air,udara, mineral, gas, energi dan sinar matahari.
3. Unsur-unsur sosial budaya
         Unsur-unsur sosial budaya adalah segala sesuatu yang berasal dari hasil pikiran dan akal budi manusia, unsur-unsur budaya termasuk di dalamnya semua ciptaan manusia seperti gudang-gudang, jalan-jalan, kendaraan bermotor, industri dan sebagainya termasuk pranata-pranata yang terbentuk melalui proses berpikir manusia.
Di dalam suatu komunitas, komponen-komponen lingkungan tersebut saling berhubungan, bahkan saling memengaruhi. Keadaan yang demikian, secara alamiah menjamin kelangsungan makhluk hidup di permukaan bumi. Dalam hubungan ini, suatu komponen lingkungan baik biotik maupun abiotik menjadi lingkungan bagi makhluk hidup. Apakah ia menjadi bahan makanan atau menyuplai energi.
         Di dalam kehidupan manusia, senantiasa terjadi interaksi timbal balik sistem social yang dipengaruhi latar belakang budaya dan sistem biofisik atau ekosistem. Hubungan timbal balik yang erat antara dua subsistem itu dapat berjalan dengan baik dan teratur karena adanya arus energi. Energi, materi, dan informasi, misalnya energi yang diperlukan untuk melakukan kerja.
         Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek latar belakang social ekonomi dan budaya manusia dapat memengaruhi perilaku manusia dalam memperlakukan alam lingkungan sekitarnya. Dengan perkatan lain, manusia dapat dianggap sebagai pengontrol program ekosistemnya. Sebaliknya, karena pengaruh lingkungan biofisik sekitarnya, manusia harus melakukan penyesuaian diri terhadap sifat lingkungan sekitarnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Hubungan sistem sosial dan biofisik tersebut sangat dinamis setiap waktu. Karena itu, jika ada perubahan pada sistem sosial masyarakat secara otomatis akan mengakibatkan perubahan pula pada sistem biofisik.
2.3. Bentuk Kerusakan  Lingkungan Hidup Dan Cara Mengatasinya
         Masalah lingkunngan hidup telah menjadi perhatian dunia secara global. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai negara yang semakin parah, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan hidup, di antaranya disebabkan oleh berbagai kegiatan industri modern yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan serta disebabkan dampak negatif dari kemiskinan. Berbagai masalah kerusakan lingkungan yang banyak terjadi antara lain, kerusakan hutan, erosi tanah, kepunahan satwa liar, kepunahan tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.
         Untuk lebih mendalami tentang bentuk-bentuk kerusakan lingkungan beserta factor penyebabnya, perhatikan uraian berikut ini.
1. Kerusakan Lingkungan Hidup oleh Faktor Alam
         Bentuk kerusakan lingkungan yang disebabkan faktor alam pada umumnya merupakan bencana alam, seperti letusan gunung api, banjir, abrasi, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Letusan gunung api sering terjadi di berbagai belahan bumi yang merupakan jalur gunung api, seperti Indonesia. Peletusan gunung api ada yang lemah dan ada yang kuat. Makin kuat letusan gunung api, makin besar kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.
         Kejadian banjir sering pula disertai dengan tanah longsor telah mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan kehidupan. Banjir telah mengakibatkan daerah permukiman dan pertanian terendam sehingga banyak tanaman-tanaman mati, jalan-jalan longsor, jembatan hancur, dan sebagainya. Adapun kerusakan lingkungan hidup di tepi pantai disebabkan oleh adanya abrasi, yaitu pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi secara alami. Peristiwa gempa bumi merupakan kekuatan alam yang berasal dari dalam bumi dan dapat menyebabkan getaran di permukaan bumi. Gempa bumi sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia sehingga menimbulkan kerusakan pada lingkungan.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup yang Disebabkan oleh Kegiatan Manusia
         Proporsi kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia sebetulnya jauh lebih besar dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh alam. Bentuk keruskan lingkungan yang disebabkan oleh manusia di antaranya pencemaran sungai oleh limbah industri, penebangan hutan secara massal dan ilegal, dan sebagainya.
         Penebangan-penebangan hutan untuk keperluan industri, lahan pertanian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya telah menimbulkan kerusakan lingkungan hidup yang luar biasa. Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi menyebabkan timbulnya lahan kritis, ancaman terhadap kehidupan flora dan fauna, dan kekeringan.
Pencemaran lingkungan dapat terjadi terhadap air, tanah, dan udara. Pada umumnya, pencemaran air dan tanah terjadi karena pembuangan limbah-limbah industri dan biasanya terjadi di perkotaan. Adapun pencemaran terhadap udara terjadi karena hasil pembakaran bahan bakar.
         Kasus-kasus pencemaran perairan telah sering terjadi karena pembuangan limbah industri ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut. Kebocoran-kebocoran pada kapal-kapal tanker dan pipa pipa minyak yang menyebabkan tumpahan minyak ke dalam perairan menyebabkan kehidupan di tempat itu terganggu, banyak ikan-ikan yang mati, tumbuh-tumbuhan yang terkena genangan minyak pun akan musnah pula. Masyarakat yang mempunyai mata pencarian menangkap ikan seperti nelayan terimbas pula dampak negatifnya, yaitu berkurangnya jumlah tangkapan ikan yang mereka peroleh.
         Masalah lain yang muncul adalah perladangan hutan secara liar oleh penduduk. Akibatnya keanekaan flora dan fauna hutan menurun drastik, serta manfaat hutan bagi manusia pun terganggu bahkan hilang sama sekali.
2.4. Usaha Pelesetarian Lingkungan Hidup.
 Kerusakan lingkungan hidup bila tidak segera diatasi, suatu saat akan menimbulkan malapetaka besar bagi manusia. Dewasa ini berbagai organisasi lingkungan hidup baik yang berskala internasional, nasional, dan daerah, tidak henti-hentinya menyuarakan penyelamatan lingkungan hidup untuk keselamatan manusia di masa kini maupun di masa akan datang. Di samping organisasi lingkungan hidup, pemerintah di masing-masing Negara pun telah banyak melakukan berbagai usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, termasuk di antaranya Indonesia.
Beberapa usaha yang dilakukan untuk pelestarian lingkungan hidup, antara lain sebagai berikut.
a. Bidang kehutanan
         Usaha yang dilakukan di bidang kehutanan adalah:
1) melakukan reboisasi (penanaman hutan kembali) pada kawasan-kawasan yang hutannya telah gundul;
2) penebangan pohon dan penanaman kembali agar dilakukan dengan seimbang sehingga hutan tetap lestari;
3) memperketat pengawasan terhadap penebangan-penebangan liar dan memberikan hukuman yang berat kepada pelanggar;
4) memperluas hutan lindung, taman nasional, dan sejenisnya sehingga fungsi hutan sebagai pengatur air, pencegah erosi, pengawetan tanah, tempat perlindungan flora dan fauna dapat tetap terpelihara dan lestari;
5) membuat undang-undang atau peraturan pemerintah tentang perlindungan dan pemeliharaan hutan serta menegakkannya secara konsisten
b. Bidang pertanian
         Usaha yang dilakukan di bidang pertanian adalah:
1) melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pola pertanian yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan;
2) mengubah sistem pertanian berladang (berpindah-pindah) menjadi pertanian menetap seperti sawah, perkebunan, tegalan, dan sebagainya;
3) pertanian yang dilakukan pada lahan tidak rata (curam), supaya dibuat teras-teras (sengkedan) sehingga bahaya erosi dapat diperkecil;
4) pemberantasan hama tanaman dengan cara memperbanyak predator (binatang pemakan) hama tanaman;
5) mengurangi pemakaian pestisida karena pestisida dapat mencemari air dan tanah;
6) menemukan jenis-jenis tanaman yang tahan hama;
7) mengoptimalkan peran serta Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
c. Bidang industri
         Usaha yang dilakukan di bidang industri adalah:
1) melakukan daur ulang (recycling) terhadap barang-barang bekas yang tidak terpakai, seperti kertas, plastik, aluminium, besi, dan sebagainya;
2) mengembangkan teknologi yang hemat bahan bakar, dan ramah lingkungan;
3) mendirikan kawasan industri yang jauh dari permukiman penduduk;
4) melakukan netralisasi limbah industri yang akan dibuang ke dalam tanah maupun perairan;
5) untuk mengurangi pencemaran udara yang disebabkan oleh asap industri yang berasal dari pembakaran yang menghasilkan CO (karbon monoksida) dan CO2(karbondioksida), diwajibkan melakukan penghijauan di lingkungan sekitarnya;
6) mengurangi pemakaian bahan bakar minyak bumi dengan sumber energi yang lebih ramah lingkungan, seperti energi listrik yang dihasilkan PLTA, energi panas bumi, sinar matahani, dan sebagainya;
7) membuat undang-undang atau peraturan pemerintah tentang pemetaan wilayah industri.
d. Bidang perairan
         Usaha yang dilakukan di bidang perairan adalah:
1) melarang keras pembuangan limbah rumah tangga, sampah-sampah, dan benda-benda lainnya ke sungai maupun laut;
2) melarang pengambilan karang di laut yang menjadi tempat berkembang biak ikanikan;
3) membuat undang-undang atau peraturan pemerintah tentang penangkapan ikan di sungai atau laut seperti larangan penggunaan bom ikan, pemakaian pukat harimau di laut yang dapat menjaring ikan sampai sekecil-kecilnya.
2.5. Hakekat Pembangunan Berkelanjutan Dan Ciri-cirinya
Pembangunan berkelanjutan erat kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan. Apakah yang dimaksud dengan pembangunan berwawasan lingkungan itu? Pembangunan berwawasan lingkungan pada hakikatnya merupakan pembangunan lestari. Pembangunan lestari yang didasarkan pada pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa datang. Dari segi lingkungan, pembangunan berwawasan lingkungan dapat diartikan sebagai gabungan antara pembangunan dan kemajuan dengan usaha untuk memelihara lingkungan agar sumber-sumber daya alam di sekitar kita, seperti sumber air, hutan, tanah, udara, energi, mineral, dan lain-lain yang telah digunakan tidak hilang dan musnah sehingga dapat digunakan kembali. Dalam proses pembangunan yang berwawasan lingkungan, penggunaan sumbersumber daya alam yang tersedia senantiasa mempertimbangkan dan memperhitungkan kemampuan sumber daya alam itu sendiri. Penggunaan sumber daya alam secara semena-- mena dan rakus oleh manusia, suatu ketika akan menimbulkan kesulitan besar bagi manusia,terutama generasi yang akan datang. Orang-orang tertentu yang hanya memikirkan keuntungan pribadi semata, dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang berdampak pada orang lain dan generasi di kemudian hari.Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan merupakan proses pembangunan yang senantiasa memadukan proses pembangunan dengan potensi lingkungan. Pembangunan tidak akan dapat tercapai dan berkembang apabila kemampuan lingkungan terus mengalami kemerosotan. Demikian pula halnya lingkungan tidak akan dapat dilindungi dan dipelihara apabila pembangunan di suatu negara itu rendah kualitasnya sehingga tidak mempunyai cukup dana dan teknologi untuk menjaga, dan memelihara lingkungan. Antara pembangunan dengan pemeliharaan lingkungan merupakan dua hal yang harus berjalan seiring. Pembangunan yang tidak memerhatikan lingkungan dan tidak berorientasi kepada masa depan harus dihindari. Karena, manusia sebagai makhluk sosial dan berakal tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri dan sesaat, tetapi juga harus memikirkan kepentingan orang lain dan generasi mendatang. Pembangunan berwawasan lingkungan memliki beberapa ciri-ciri, di antaranya sebagai berikut:
1) mengutamakan kualitas hidup dan berorientasi jangka panjang sehingga dapat dirasakan oleh semua generasi;
2) senantiasa memadukan antara pembangunan dan pemeliharaan lingkungan;
3) memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara bijaksana. Adapun sumber daya alam yang dapat diperbarui, terjamin ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitasnya;
4) memerhatikan kemampuan ekologi alam sekitar serta potensi yang terkandung dalam lingkungan
5) tidak mengorbankan unsur-unsur lingkungan untuk tujuan pembangunan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
         Pembangunan berwawasan lingkungan dapat diartikan sebagai gabungan antara pembangunan dan kemajuan dengan usaha untuk memelihara lingkungan agar sumber-sumber daya alam di sekitar kita, seperti sumber air, hutan, tanah, udara, energi, mineral, dan lain-lain yang telah digunakan tidak hilang dan musnah sehingga dapat digunakan kembali.